Laman

Senin, 03 Januari 2011

Waspada dan Mawas Diri

Sebagaimana penjelasan sebelumnya. Disamping Istilah maqamat terdapat juga istilah ahwal (sifat atau keadaan). Seperti keadaan atau kondisi psikologis yang dirasakan ketika seorang sufi mencapai makam tertentu. Secara sederhana Ath Thusi memberi pengertian tentang hal sebagai suatu yang mengambil tempat dihati atau apa yang dirsakan hati berupa kesucian zikir dan bahwa hal itu tidak diperoleh melalui usaha seperti halnya maqamat. Ahwal merupakan benih dari amal. Ahwal tidak datang, melainkan melalui amal yang benar. Hanya orang yang berlaku baik dan benar yang akan mendapatkan anugerah semacam itu.
Namun antara maqam dan hal tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara keduanya dapat dilihat dalam kenyataan bahwa maqam menjadi pra syarat menuju Ilahi, dan dalam maqam akan ditemukan kehadiran hal. Hal yang telah ditemukan dalam maqamakan mengantarkan seseorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
disini penjelasan tentang macam-macam hal-hal yang pernah dijumpai dalam perjalanan sufi antara lain: waspada dan mawas diri (mahabbah dan muqarabah), kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja), rindu (syauq), intim (uns), tentram (thuma'ninah), penyaksian (musyahadah) dan yakin (al-yaqin)  

Waspada dan mawas diri (mahabbah dan muqarabah). Apa itu mahabbah dan muqarabah ?
Waspada (mushahabah) dapat diartikan menyakini bahwa Allah mengetahui segala pikiran, perbuatan dan rahasia dalam hati, yang membuat seseorang menjadi hormat, takut dan tunduk kepada Allah. Adapun mawas diri (muraqabah) adalah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatan sehari-hari telah sesuai atau malah meyimpang dari yang dikehendaki-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar